Kamu adalah seseorang yang membuatku menangis, layaknya merindukan kasih seorang Ibu dan tidak bisa mendapatkannya kembali. Sesak ini sungguh nyata, menata kembali potongan-potongan diriku yang telah hilang. Kamu adalah tempat teduhku ketika aku benar membutuhkan tempat berlindung, di saat duniaku terlalu bising seketika aku lupa saat berdua bersamamu. Pelukmu adalah kuatku, di saat aku membutuhkan energi untuk bertahan dan kamu membuat aku terus bisa berjalan. Hadirmu adalah tawaku, melihat senyummu membuat diriku berkata "Aku ingin bersamamu hingga tua nanti" Semua hanya harap, yang takdir telah memisahkan kita. ___ Aku masih menyimpan sketsa rumah "kita", yang mungkin aku akan pakai kelak, mungkin juga aku akan menghubungimu menjadi arsitek rumahku nanti. Bukankah kamu pernah berjanji akan melakukan hal itu? Bolehkah aku meminta janji yang satu itu? Akupun masih ingat percakapan kita berdua saat di coffee shop. "This is my concept of this room, having family...
Mungkin karena ketidakmampuan gue untuk bertahan kemarin, gue sempet bermimpi tentang mama. Gue pergi menjemput mama saat itu, mama dengan senyuman dan gigi patahnya sama seperti senyuman ketika mama ingin diantar membeli sarapan dan dibonceng gue sebelum pergi meninggalkan gue selamanya. Mama berkata "ikut mama yuk" dan gue menjawab "Jean anter aja ya mah, harus kerja". Lucunya di dalam mimpi pun gue selalu teringat pekerjaan, karena bekerja adalah pelarian gue untuk saat ini. Akhirnya gue mengantar mama dengan mobil. Hebat gue sudah memiliki mobil dalam mimpi, mungkin itu adalah keinginan gue yang belum tercapai untuk bisa jalan-jalan dengan mama. Iya ada keinginan gue untuk pergi dengan mama berdua, menikmati makanan enak, pergi ke pantai dari hasil jerih payah gue sendiri. Sayang takdir berkata lain. Sepanjang perjalanan, mama terus tersenyum. Gue amat sangat bahagia sampai pada akhirnya gue mengantarkan mama pada tempat terakhir. Mama terus bilang "Yuk, s...